Halaman

Bagian Ke-empatbelas - 6

Part Fourteen - 6


Halaman Beranda No.65
Home Page No.65



6. Salju Memenuhi Jendela, Jasa Hilang Di Rumah Bordir 
6. Snow Fills The Window, Merit Is Missing At The Embroidery House 


Cerita 1 : 
Story 1: 


Ada seorang yang bermarga He, 
There was a man with surnamed He, 


sangat ber-wawasan luas, 
he was very broad-minded, 


namun selalu bertindak sembarangan, 
but he always acted recklessly, 


segala yang diperbuat-nya senantiasa bertentangan dengan Moral-Moral Kemanusiaan 
everything he did was always contrary to the Humanity's Moral  


dan juga membelakangi Ajaran-Ajaran Nabi Khong Ce. 
and also contrary with the Teachings of Khong Ce's Prophet 


Biarpun dia banyak membaca serta menghafal Kitab-Kitab Suci, 
Even though he read a lot and memorized the Scriptures, 


namun itu semua adalah palsu belaka, 
but they were all fake, 


sebab segala niat hati-nya 
because all the intentions of his heart 


bertentangan dengan semua yang dibaca-nya itu. 
contradicted with everything that he read. 


Pemuda He tidak tahu untuk menjalankan Ajaran-Ajaran Para Suci, 
The Youth He, did not know how to live the Teachings of the Saints, 


malah sering menghambur-hamburkan uang-nya 
instead often squandered his money 


hanya untuk berfoya-foya saja, 
just for fun, 


mengajak para pelacur untuk ber-pesiar 
inviting prostitutes to go on excursions 


dan ber-senang-senang, 
and have fun, 


bahkan dia sangat bangga 
even he was very proud 


dan menganggap diri sendiri merupakan sastrawan playboy. 
and considered himself a playboy poet. 


Karena semua kesalahan-nya itu, 
Because of all his mistakes, 


maka TUHAN mengurangi Rejeki-nya, 
the LORD reduced his fortune, 


dan di saat dia meninggal, 
and when he died, 


sudah tiada lagi harta-nya 
there was no longer his wealth 


yang dapat diwariskan kepada Keturunan-nya. 
that could be inherited by his descendants. 


Akibat-nya,  
As a result, 


semua Anak-nya menjadi miskin melarat 
all of his children become poor and destitute 


dan juga mengalami malapetaka, 
and also suffer calamities, 


sehingga yang tersisa hanya 6 Cucu perempuan saja. 
so that only 6 granddaughters are left. 


Sangat kasihan, 
Very pity, 


mereka tiada tempat berteduh, 
they have no place to take shelter, 


dan karena mereka sejak kecil 
and because since childhood 


sudah membaca syair-syair yang melanggar Norma Susila 
they have read verses that violate the Courtesy's Norms 


peninggalan Kakek-nya, 
that left by their grandfather, 


akhir-nya, 
in the end,  


mereka hanya dapat mencari nafkah 
they can only make a living 


dengan menjadi sarana pemuas nafsu 
by being a means of satisfying passions 


bagi para Pria hidung belang di rumah bordil. 
for the masher men in brothels. 



Wu Ik Cemembuat sebuah sajak yang berbunyi,
Wu Ik Ce made up a rhyme that read,


“Mata Langit bagai kilatan sinar begitu kilau-nya, 
“Heaven's eyes are like a flash of light so bright, 

Hindari-lah para pelacur yang dapat merusak masa tua, 
Avoid the prostitutes who can ruin old age, 

Berzinah dengan Anak Istri Orang akan ada balasan-nya, 
Adultery with a person's wife or daughter will be retaliated, 

Hukum Karma terlihat begitu jelas di depan mata”.
The law of Karma is clearly visible in plain sight ”.