Halaman

Bagian Ke-empatbelas - 7

Part Fourteen - 7


Halaman Beranda No.66
Home Page No.66



7. Ulat Hijau Memakan Emas Putih, Harta Habis di Jalan Bunga Liu (Pelacuran)
7. Green Caterpillar Eats White Gold, The Treasures run out on Liu's Flower Street  (Prostitution)


Cerita 1 : 
Story 1: 


Di Propinsi Khun San, 
In Khun San's Province, 


ada seorang cendikiawan yang berasal dari Keluarga yang berada, 
there is a student who comes from a wealthy family,


dia sering pergi ke rumah bordil untuk ber-senang-senang. 
he often goes to brothels to have fun. 


Paman serta semua Teman-nya sering menasehati-nya 
His Uncle and all of his friends often advised him 


agar jangan lagi ber-senang-senang di sana, 
not to have fun there anymore, 


tapi tetap tidak dihiraukan oleh-nya. 
but still be ignored by him. 


Karena dia mempunyai banyak uang, 
Because he had a lot of money, 


maka para pelacur di sana saling berebutan 
so the prostitutes there were fighting over each other 


untuk dapat melayani-nya. 
to serve him. 


Lama-kelamaan 
Gradually 


setelah semua uang-nya terkuras habis di tempat kotor itu, 
after all his money was drained in that dirty place, 


dia tidak lagi dihiraukan oleh Wanita penghibur di sana. 
he was ignored by the comfort woman there. 


Akhir-nya dia jatuh miskin 
In the end he fell into poverty 


dan menjadi seorang pengemis. 
and became a beggar. 


Karena Penduduk di sana mengetahui 
Because the people there knew 


bahwa dia merupakan seorang yang gagal 
that he was a failure man 


dan telah merusak nama Keluarga, 
and had corrupted the Family's name, 


maka tidak ada seorang pun yang memberikan sedekah untuk-nya. 
therefore, no one gave him alms. 


Sehingga dia pun menuju ke rumah hiburan, 
So he headed to the brothels house, 


tempat di mana dulu dia pernah menghambur-hamburkan uang-nya untuk para pelacur di sana 
a place where he used to spend his money on prostitutes there 


untuk meminta sedekah. 
to beg for alms. 


Tapi sungguh kasihan, 
But what a pity, 


wanita-Wanita yang tidak tahu malu itu dengan kejam-nya berkata, 
those shameless women cruelly said, 


“Kami hanya menerima uang dari Orang lain 
“We only accept money from other people 


dan sama sekali tidak pernah memberikan uang atau sedekah untuk Orang lain. 
and never give money or alms to other people. 


Jadi kamu tidak usah berharap lagi, 
So you don't have to hope anymore, 


cepat-lah pergi dari sini, 
get out of here quickly, 


jangan membuat kamu tiada muka”.
don't make you faceless ”.


Dia yang menerima perlakuan demikian, 
He who received such treatment, 


merasa menyesal 
felt regret 


dan benci bercampur menjadi satu, 
and hate mingled into one,


ditambah lagi kelaparan yang amat sangat, 
plus the extreme hunger, 


akhir-nya, 
finally, 


dia menemui ajal-nya di pinggir jalan. 
he met his death by the side road. 


Tuan Chiu Yung Ikmenulis sebuah sajak,
Mr. Chiu Yung Ik wrote a rhyme,


“Wanita pelacur sama sekali tak ber-perasaan, 
"Whore woman is utterly heartless, 

Di-mana-mana meminta sedekah tak dihiraukan, 
Everywhere asking for alms is ignored, 

Rumah bordil mudah mengambil uang hingga ribuan, 
Brothels easily take thousands of money, 

Tapi sulit memberi hutang walau hanya arak secawan”.
But it is difficult to give a debt even if it is just a cup of wine ”.