Halaman

Bagian Ke-lima - Cerita 1

Part Five - Story 1


Halaman Beranda No.22
Home Page No.22


Di Gunung Ling Chien, 
In Ling Chien's Mountain, 


terdapat Kuil yang bernama Che Yin. 
there is a temple called Che Yin. 


Dalam Kuil tersebut ada seorang Bhiksuni muda yang bermarga Yi. 
In the temple, there was a young nun surnamed Yi. 


Ada lagi seorang Pelajar muda yang bernama Cu Ming Ceng, 
There is young student named Cu Ming Ceng, 


wajah-nya lembut dan tampan, 
his face is soft and handsome, 


alis-nya bagaikan gunung di musim semi, 
his eyebrows are like mountain in the spring season, 


mata-nya bagaikan bening-nya air di musim gugur, 
his eyes are like clear water in the autumn season, 


sungguh merupakan seorang laki-laki idaman. 
really is a dream man.


Oleh karena keadaan rumah yang kurang mapan, 
Due to the unstable condition of the house, 


dia lalu menyewa satu kamar baca di samping Kuil. 
he then rented a reading room next to the temple.


Bhiksuni Yi masih muda dan cantik. 
The Yi's Nun  is young and beautiful. 


Mereka ber-dua jika membuka jendela kamar 
When the two of them opened the bedroom window 


sudah dapat bertemu muka, 
they could meet face to face, 


sehingga mereka pun sering ber-bincang-bincang. 
so they often chatted.


Di musim dingin, 
In the winter season, 


setiap malam Bhiksuni Yi selalu menyeduhkan teh panas dan susu kedelai untuk Ming Ceng, 
the Yi's Nun always made hot tea and soy milk for Ming Ceng every night, 


agar dia dapat belajar dengan tenang. 
so that he could study in peace. 


Pada suatu hari, 
One day, 


Ming Ceng pergi ke rumah teman-nya untuk bersajak dan membuat syair, 
Ming Ceng went to his friend's house to rhyme and compose verse, 


dan di saat pulang-nya 
and on his way home 


dia melihat ada orang yang tidur di atas ranjang-nya. 
he saw a woman sleeping on his bed. 


Rupa-nya Bhiksuni Yi yang datang untuk menggoda-nya. 
It was the Yi's Nun, who had come to tempt him. 


Namun Ming Ceng menolak-nya dengan tegas. 
However, Ming Ceng firmly refused. 


Bhiksuni Yi berkata, 
The Yi's Nun said, 


“Apabila hanya demi untuk mengejar kesenangan sementara saja, 
“If it's just for the sake of pursuing temporary pleasures, 


apakah di Kuil ini sudah tidak ada laki-laki lain lagi ?. 
are there no other men in this temple ? 


Saya hanya merasa makin hari kian kesepian 
I just feel more and more lonely 


dan tidak mempunyai masa depan 
and have no future 


bila berada di Kuil ini. 
when I'm in this temple.


Maka baru-lah saya memutuskan untuk menyerahkan diri-ku kepada-mu”. 
So then I decided to surrender myself to you”.


Setelah berkata demikian, 
After saying this, 


hati-nya merasa sedih 
his heart felt sad 


sehingga air mata pun bercucuran. 
so tears were running down.


Ming Ceng lalu dengan lembut mengatakan, 
Ming Ceng then softly said, 


“Bodhisattva Kwan Im dengan bersusah payah memohon Tao, 
“Kwan Im's Bodhisattva struggled to go deep into Tao, 


di saat berusia 19, Beliau telah mencapai kesempurnaan. 
at the age of 19, she achieved perfection.



Thien Sang Sen Mu dengan hati teguh membina diri, 
Thien Sang Sen Mu with a firm heart to cultivate herself, 


dalam usia muda juga telah kembali ke Langit, 
at a young age has also returned to Heaven, 


selain itu masih banyak lagi yang lain-nya 
besides that there are many others 


seperti Sien Ku, Ma Cho, dan lain-lain.
such as Sien Ku, Ma Cho, and others. 



Dan masih ada ribuan bahkan puluhan ribu Wanita yang berhasil menjadi Dewa 
And there are still thousands and even tens of thousands of women who have succeeded in becoming gods 


dan mencapai ke-Buddha-an. 
and attaining Buddhahood. 


Mengapa Anda berkata tiada masa depan ?. 
Why do you say there is no future ?. 



Kalau hanya karena sedikit godaan iblis, 
If only because of a little temptation of the demon, 


lalu tergoyah iman-nya, 
then your faith is wavering, 


itu dapat mengakibatkan diri-mu jatuh ke dalam jalur tumimbal lahir, 
it can cause yourself to fall into the path of rebirth, 


masuk ke Neraka untuk menerima segala siksaan 
go to Hell to receive all the torments 


dan akhir-nya tidak dapat melampaui kelahiran !. 
and finally not be able to transcend birth !. 


Jikalau saya menodai kesucian-mu, 
If I tarnish your chastity, 


maka di Surga akan kehilangan seorang Bodhisattva, 
then in the Heaven will lose a Bodhisattva, 


hal yang tidak ber-moral ini tidak akan saya lakukan. 
this immoral thing, I will not do. 


Mulai saat ini, 
From now on, 


bukan hanya kamu dapat dengan tekad yang tinggi membina diri, 
it is not only you, that can with high determination to cultivate yourself, 


saya juga tidak akan terjatuh. 
I will also not fall.


Hanya budi Anda terhadap saya ini, selama-nya tidak akan terlupakan”. 
Only your favor towards me, will never be forgotten forever”.


Bhiksuni Yi setelah mendengar kata-kata itu merasa amat terharu, 
The Yi's Nun, after hearing those words, was deeply touched, 


lalu beranjak pergi. 
then left. 


Di kemudian hari, 
Later on, 


Ming Ceng pindah ke tempat lain, 
Ming Ceng moved to another place, 


Bhiksuni Yi pun dengan tekun mempelajari serta membaca Kitab Suci 
The Yi's Nun diligently studied and read the Scriptures 


dan juga belajar membuat sajak. 
and also learned to compose rhyme. 


Sehingga tutur bahasa dan tindakan-nya amat halus, teratur dan berwibawa. 
So that her speech and actions are very refined, regularly and authoritative. 


Karena tidak pernah melanggar pantangan, 
Because he never violated the abstinence, 


Orang-orang di sana amat-lah kagum dan menghormati-nya. 
the people there were very amazed and respected him. 


Akhirnya Ming Ceng berhasil menjadi seorang Pejabat di daerah-nya itu. 
Finally, Ming Ceng succeeded in becoming an Official in his region.


40 tahun kemudian, 
40 years later, 


pada suatu hari mendadak melalui sanak famili-nya, 
one day suddenly through his relative, 


dia menerima sepucuk surat. 
he received a letter.


Setelah dibaca, 
After reading it, 


ternyata surat itu tidak tercantum nama yang menulis-nya. 
it turns out, that the name of the writer was not written on it.


Ming Ceng setelah membaca surat itu berkali-kali,  
Ming Ceng, after reading the letter many times, 


baru-lah sadar dan mengatakan, 
came to his senses and said, 


“Surat ini pasti-lah ditulis oleh Bhiksuni Yi. 
“This letter must have been written by the Yi's Nun. 


Keteguhan hati-nya yang bersih suci telah mencapai taraf yang demikian tinggi, 
The purity of her pure heart has reached such a high level, 


sungguh bagaikan Bunga Lotus yang bersih suci tiada noda”. 
truly as the lotus's flower which is clean, pure, without stains ”. 


Berpikir kembali di kala dia menerima budi baik Bhiksuni Yi 
Thinking back to when he received the Yi's Nun favor 


dengan seduhan teh panas dan susu kedelai, 
with steeping hot tea and soy milk, 


sampai saat ini, juga belum terbalaskan, 
until now, it has not been reciprocated, 


dalam hati-nya merasa malu. 
he felt ashamed in his heart. 


Lalu dia mengutus seseorang 
Then he sent someone 


untuk mengantarkan sumbangan sebesar 300 tael emas 
to deliver a donation of 300 taels of gold 


sebagai biaya untuk membangun Kuil Bhiksuni Yi. 
as a fee to build the Yi's Nun Temple. 


Itu semua adalah tanda Terimakasih-nya terhadap Bhiksuni Yi. 
These are all signs of his gratitude towards the Yi's Nun.