Halaman

Bagian Ke-sebelas - Cerita 1

Part Eleven - Story 1


Halaman Beranda No.46
Home Page No.46


Cang Khai mempunyai seorang Istri yang bermarga Khung, 
Cang Khai has a wife who is surnamed Khung, 


ber-kepribadian halus, pandai serta bijak. 
has a subtle personality, smart and wise.  


Tapi sayang, 
But unfortunately, 


setelah melahirkan Anak yang ke-lima, 
after giving birth to the fifth child, 


dia pun meninggal. 
she also died. 


Cang Khai lalu menikah lagi dengan seorang Wanita yang bermarga Li 
Cang Khai then remarried a woman surnamed Li 


yang ber-kepribadian kasar. 
who had a rude personality. 


Sewaktu Cang Khai tidak berada di rumah, 
When Cang Khai was not at home, 


ke-lima Anak tiri-nya sering dipukul-nya tanpa sebab, 
the five stepchildren were often beaten without cause, 


sehingga menyebabkan ke-lima Anak itu saling berpelukan dan menangis. 
causing the five children to hug and cry. 


Pada suatu hari, 
One day, 


karena tidak tahan oleh perbuatan kejam dari Ibu Tiri-nya, 
because they unable to endure the cruel deeds of their Stepmother, 


mereka pergi mengunjungi kuburan dari Ibu Kandung-nya itu. 
they went to visit the grave of her biological mother. 


Kemudian di hadapan batu nisan Ibu-nya, 
Then in front of their mother's gravestone, 


mereka men-cerita-kan semua kesedihan-nya, 
they told all of their sadness, 


sungguh sangat memilukan hati. 
really heartbreaking. 


Tiba-tiba saja Roh Ibu Kandung mereka menampakkan diri, 
Suddenly the Spirit of their Biological Mother appeared, 


dengan bercucuran air mata, 
with tears in her eyes, 


menghibur ke-lima Anak-nya 
comforted the five children 


dan mengambil satu kain putih menulis sebuah syair, 
and took a white cloth and wrote a verse,


A. 

“Nyonya lama berkata kepada Nyonya baru, 
“Old madam said to new madam, 

Diam-diam aku meneteskan air mata haru, 
I secretly shed tears of emotion, 

Kedudukan kita sama, namun aku telah jauh, 
Our position is the same, but I have come a long way, 

Mustahil pula bagi kita ber-dua untuk bertemu, 
It is also impossible for the two of us to meet,



B.

Kasihani-lah mereka, walau bukan Anak Kandung-mu, 
Have mercy on them, though not your own Son, 

Layani dan bantu-lah sang Suami dengan tulus, 
Serve and help the husband sincerely, 

Kini betapa hancur dan sedih-nya hati-ku, 
Now how broken and sad my heart is, 

Hanya sinar Bulan yang menyinari sepi-nya nisan-ku”. 
Only the moonlight shines on the loneliness of my headstone ”. 



Setelah pulang ke rumah, 
After returning home, 


mereka memberikan kain putih itu kepada Ayah-nya 
they gave the white cloth to their father 


dan menceritakan semua kejadian di kuburan saat itu. 
and told him all the events at the cemetery at that time. 


Cang Khai menjadi amat gusar 
Cang Khai became very upset 


setelah melihat kain putih itu, 
after he saw the white cloth,


lalu memberikan kain putih itu kepada Ayah dari Li. 
then gave the white cloth to Li's father. 


Mertua-nya tahu 
His father-in-law knew 


bahwa dia sendiri yang tidak becus mengajari Putri-nya itu, 
that he himself was incompetent at teaching his daughter, 


sehingga dia menghukum Li 
so he punished Li 


pergi ke Ling Nan untuk bekerja berat. 
to going to Ling Nan for hard work. 


Sedangkan Chai Khai mulai saat itu juga, 
whereas Chai Khai from that moment on, 


hanya dia sendiri yang merawat 
he alone took care of 


dan membesarkan ke-lima Anak-nya itu 
and raised the five children 


sampai mereka berhasil mencapai kejayaan 
until they succeeded in attaining glory 


dan sangat berbakti kepada Cang Khai. 
and very devoted to Cang Khai.