Part Seven - Story 1
Halaman Beranda No.30
Home Page No.30
Tuan Wang Lan Cou, sewaktu muda pernah sekali di saat ber-pesiar di atas kapal,
Mister Wang Lan Cou, when he was young while on a cruise on a ship,
telah membeli seorang Pemuda yang umur-nya berkisar lima belasan,
had bought a young man who was about fifteen,
ber-perawakan tinggi, berwajah menarik,
tall, with an attractive face,
juga mengerti sajak serta Tata Krama,
who also understood rhyme and manners,
di kala berbicara layak-nya seorang pengantin Pria ada-nya.
when speaking properly, he is like the groom.
Di malam hari,
At night,
setelah membuka pakaian-nya,
after taking off his clothes,
pemuda itu lalu tidur di samping-nya.
the young man then slept beside him.
Wang Lan Cou sebenarnya membeli pemuda itu
Wang Lan Cou had actually bought the young man,
hanya bertujuan untuk dijadikan pelayan saja.
only for the purpose to make him as a servant.
Namun karena tergoda oleh Pemuda yang menarik ini,
However, because he was tempted by this attractive young man,
sehingga tidak dapat menahan nafsu-nya dan mencabuli-nya.
then he could not restrain his lust and molested him.
Setelah kejadian itu berlalu,
After the incident passed,
Pemuda itu lalu menangis dengan sedih,
the young man then cried sadly,
dia pun langsung bertanya kepada Pemuda itu,
he immediately asked the young man,
“Apakah kamu tidak rela ?”.
"Are you not willing ?".
“Saya tidak rela”, hentak-nya.
"I don't want to", he snapped.
“Kalau memang diri-mu tidak bersedia,
"If you are not willing to yourself,
mengapa kamu merayu saya dulu ?”,
why did you seduce me first ?",
dia bertanya lagi.
he asked again.
Pemuda itu menjawab,
The young man replied,
“Sewaktu Ayah saya masih hidup,
"When my father was still alive,
Beliau mempunyai beberapa Anak muda untuk menemani-nya tidur,
he had several young men to accompany him to sleep,
ada Pemuda yang baru datang merasa malu untuk melakukan-nya,
there was a young man who just came to feel ashamed to do it,
serta berusaha untuk menghindari-nya.
and tried to avoid him.
Lalu Ayah memukuli-nya dengan rotan dan berkata,
Then my father hit him with rattan and said,
[Saya membeli diri-mu karena satu tujuan ini,
[I bought you, for this one purpose,
kamu ternyata berani menolak!].
you dare to refuse!].
Waktu itu saya baru mengetahui
At that time I just learned
bahwa sebagai seorang pelayan memang harus melayani majikan dengan cara demikian,
that as a servant, you really have to serve your employer in this way,
kalau tidak, pasti akan terkena hukuman pukulan.
otherwise, you will definitely be punished with beatings.
Maka dari itu,
Therefore,
saya tidak berani,
I am not dare,
tidak melayani Tuan lebih dahulu”.
not serve you first ”.
Wang Lan Cou setelah mendengar-nya,
Wang Lan Cou heard that,
keringat dingin lalu membasahi seluruh tubuh-nya.
cold sweat then soaked his entire body.
Kemudian dia ber-gegas berdiri
Then he quickly stood up
dan menghela napas seraya berkata,
and sighed and said,
“Sungguh menakutkan!.
"How scary !.
Ayah yang berbuat, Anak yang membayar,
The father who did, the son who paid,
Hukum Karma ini begitu cepat balasan-nya”.
the Law of Karma is so quick for its retaliation".
Sesudah berkata demikian,
After saying that,
dia pun langsung menyewa satu perahu.
he immediately rented a boat.
Pada malam itu juga berhasil mengejar perahu
That night also successful to catch the boat
yang ditumpangi oleh Ibu Pemuda itu.
that was ride by the young man's mother .
Dia lalu mengembalikan Pemuda
He then returned the young man to his mother
serta memberikan uang 50 tael untuk Ibu Anak itu.
and gave 50 taels to the child's mother.
Sesampai-nya di rumah,
When he got home,
hati-nya masih saja tidak tenang.
his heart was still not calm.
Lalu pergi menuju Kuil Ming Cong
Then go to Ming Cong Temple
dan bersujud di hadapan Buddha untuk bertobat.
and bow before the Buddha to repent.
Malam itu juga dia ber-mimpi Dewa berkata pada-nya,
That night he dreamed that the god said to him,
“Untung-lah diri-mu cepat menyadari kesalahan-mu dan bertobat.
"Fortunately, you quickly realize your mistakes and repent.
TUHAN tidak akan menghukum Orang yang telah bertobat,
God will not punish those who have repented,
Dewa Pengawas pun belum mencatat perbuatan dosa ini,
the supervisor's god has not recorded this sin,
apalagi kamu tidak pernah menghina Para Buddha,
moreover you never insulted the Buddhas,
kesalahan-mu masih bisa dimaafkan”.
your mistakes can still be forgiven.
Wang Lan Cou setelah kejadian ini menjadi lebih hati-hati lagi dalam bertindak
After this incident, Wang Lan Cou became even more careful in his actions
dan tidak lupa mencetak Buku Pantang Berzinah
and did not forget to print a Book named the Abstinence of Adultery
atau menasehati Orang-orang agar tidak melanggar pantangan ini.
or advise people not to violate this abstinence.
Ah…! Siapa yang tidak mempunyai Anak ?.
Ah…! Who does not have a child ?.
Dan siapa yang berani tidak percaya akan Hukum Karma ini ?.
And who would dare, not believe in this Law of Karma ?
Dari cerita di atas dapat dilihat
From the story above, it can be seen
bahwa Hukum Karma benar-benar bagaikan bayangan yang selalu mengikuti tubuh kita ini.
that the Law of Karma is really like a shadow that always follows our bodies.
Sedikit pun tidak akan meleset.
Not even a bit will be missed.
Maka dari itu sudah seharusnya kita sering untuk mengintrospeksi diri kita sendiri,
Therefore, we should often introspect ourselves,
supaya tidak terjadi suatu kesalahan
so that there is no mistake
yang dapat menyebabkan malapetaka bagi Anak-Cucu kita.
that can cause havoc for our children and grandchildren.
Po Yin Ci make a rhyme,
“Melihat ketampanan-nya sungguh menarik hati,
"Seeing his good looks is really interesting,
Nafsu sex memang sangat mengejutkan Orang,
Lust for sex is very surprising people,
Sang Ayah berbuat, Anak menerima balasan-nya,
The father did, the son received its retaliation,
Untung-lah telah bertobat, dosa pun menjadi ringan”.
Fortunately, having repented, sin becomes light ”.